Catatan Abah Heri: Masa Tua masa yang indah ( seharusnya) Joint idea : Buca Aja – Abah


Catatan dari Mas Buca Aja membuat abah tergelitik untuk meng copas catatan beliau kedalam catatan abah. Hal ini melihat fenomena yang ada akhir-akhir ini begitu memprihatinkan. Dimana karena hanya ingin praktis dan tidak ingin direpotkan oleh orang tua yang sudah mulai pikun, para orang tua ini dititipkan ke panti-panti jompo. Seakan-akan anak-anaknya lupa bahwa para orang tua ini memiliki jasa yang besar terhadap mereka. Mengurus mereka yang sudah pikun sebetulnya suatu kesempatan yang diberi oleh Allah untuk membalas jasa baik orang tuanya. Tapi kenapa kesempatan bagus ini justru tidak dimanfaatkan. Semoga kerjasama abah dengan mas Buca Aja bisa bermanfaat bagi semuanya.

aku sudah tua, bukan lagi aku yang dulu.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku……
Ketika aku menumpahkan kuah sayur di bajuku,
ketika aku lupa bagaimana mengikat tali sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku dengan sabar mengajarimu hal itu.

Ketika aku berulang-ulang bercerita tentang sesuatu yang telah
bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah
beribu-ribu kali kuceritakan agar kau terbuai dan tertidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu
mandi?

Ketika aku tidak kuasa menahan air kencingku sehingga celanaku menjadi basah karena cukup jauh aku menuju ke kamar mandi, jangan hardik aku..
Ingatlah ketika aku selalu mencucikan selimut dan menjemur tempat tidurmu yang sering engkau basahi dengan ompolanmu..

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang teknologi dan hal-hal baru,
jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa”
darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.

Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau
di samping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu
mulai belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini,
sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh
rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga
untukmu.

BUCA AJA

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman bahwa Rabb (Allah) telah memerintahkan kepada manusia agar tidak beribadah melainkan hanya kepada Allah saja. Kemudian hendaklah manusia berbuat sebaik-baiknya kepada kedua orang tuanya. Jika salah seorang atau kedua-duanya ada di sisinya dalam usia lanjut maka jangan katakan kepada keduanya perkataan ‘uh’ serta tidak boleh membentak keduanya, memukulkan tangan, menghentakkan kaki karena hal itu termasuk durhaka kepada kedua orang tua. Dan katakanlah kepada keduanya dengan perkataan yang mulia. Al-Isra’ ayat 23 dan 24

Pada ayat ini Allah mengatakan ‘kibara’, kibar atau kibarussin artinya berusia lanjut, sedangkan ‘indaka’ berarti pemeliharaan yaitu suatu kalimat yang menggambarkan makna tempat berlindung dan berteduh pada saat masa tua, lemah dan tidak berdaya. Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan tentang lebih ditekankannya berbuat baik pada kedua orang tua pada usia lanjut karena :

Pertama
Keadaaan usia lanjut adalah keadaan dimana keduanya membutuhkan perlakuan yang lebih baik karena keadaannya pada saat itu sangat lemah

Kedua
Semakin tua usia orang tua berarti semakin lama orang tua bersama anak. Hal ini dapat menyebabkan ‘Si Anak’ merasa berat sehingga dikhawatirkan akan berkurang berbuat baiknya, karena segala sesuatunya diurusi oleh anak dan keluarlah perkataan ‘ah’ atau membentak atau dengan ucapan, “Orang tua ini menyusahkan”, atau yang lain. Apalagi apabila orang tuanya sudah pikun, akan membuat anak mudah marah atau benci kepadanya. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berwasiat agar manusia selalu ingat untuk berbakti kepada kedua orang tua.

Banyak sekali hadits-hadits yang menyebutkan tentang ruginya seseorang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua pada waktu orang tua masih berada di sisi kita. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat yaitu :
“Artinya : Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga” [Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346]

Pada umumnya seorang anak merasa berat dan malas memberi nafkah dan mengurusi kedua orang tuanya yang masih berusia lanjut. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua yang berusia lanjut itu adalah kesempatan paling baik untuk mendapatkan pahala dari Allah, dimudahkan rizki dan jembatan emas menuju surga. Karena itu sungguh rugi jika seorang anak menyia-nyiakan kesempatan yang paling berharga ini dengan mengabaikan hak-hak orang tuanya dan dengan sebab itu dia tidak masuk surga.

Sebetulnya lama kita mengurus orang tua kita yang sudah pikun dibandingkan dengan lamanya mereka mengurus kita dari kecil, lebih lama waktu mereka mengurus kita. Lama orang tua mengurus kita hingga kita dapat mandiri sekitar 25 tahun, bandingkan kalau kita mengurus mereka , paling cuma beberapa tahun saja, mengingat usianya yang sudah lanjut.

Ketika orang tua mengurusi kita, dia mendo’akan agar si anak hidup dengan baik dan menjadi anak yang shalih, tetapi ketika orang tua ada di sisi kita, di do’akan supaya cepat meninggal. Bahkan ada di antara mereka yang menyerahkan keduanya ke panti jompo. Ini adalah perbuatan dari anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya.

Bagaimanapun keadaannya, kedudukan mereka tetaplah sebagai orang tua kita, walaupun mereka bodoh, kasar atau bahkan jahat kepada kita. Dialah yang melahirkan dan mengurusi kita, bukan orang lain. Maka kita wajib berbakti kepada keduanya bagaimanapun keadaannya.

Ada beberapa tips untuk membantu agar oang tua kita tida mengalami pikun secara dini yaitu antara lain :
1.Pilih makanan yang mampu melumpuhkan radikal bebas sekaligus membersihkan dinding pembuluh darah, sehingga aliran darah ke otak menjadi lancar. Misalnya, bayam, sawi hijau, jeruk, brokoli, dll.

2. Makanan yang banyak mengandung asam lemak omega 3 dan omega 6 seperti telur, kacang kedelai, tahu, tempe, susu serta ikan laut (sardin, harring, makarel, salmon) mampu mencegah kerusakan otak. Selain itu makan pisang 1-2 buah,juga mampu membantu regenerasi sel-sel otak dengan kandungan vitamin B6 yang dimilikinya.

3. Jauhi tempat-tempat yang berpolutan tinggi karena CO (karbonmonoksida) yang terkandng dalam asap mobil -dalam kurun jangka panjang- bisa meracuni otak.

4. Tanggulangi stres, misalnya dengan meditasi dan menekuni hobi, jangan lupa untuk terus berpikir positif.

5. Asah otak Anda, misalnya dengan membaca, bermain bridge, mengisi teka-teki silang (TTS) dan bermain puzzle (menurut penelitian Case Wastern Reserve University of Ohio, berain puzzledapat membantu Anda terhindar dari gangguan otak).

6. Ajaklah mereka ke majelis taklim atau pengajian, supaya mereka bisa ber interaksi dengan teman seusianya.

7. Jagalah perasaan mereka, walaupun terkadang usia mengakibatkan mereka menjadi cerewet.

Dari penelitian yang tidak disengaja oleh abah, ternyata banyak orang tua yang seharusnya sudah pikun ternyata sampai kahir hayatnya tidak mengalami pikun. Salah satu sebabnya adalah mereka sering mengaji kitab Al Qur’an sehingga bahkan mereka tidak pernah memakai kacamata untuk membaca.

Oh iya.. ada doa juga untuk menghindarkan diri dari tua dan pikun. Abah pernah membaca disatu buku bahwa doa ini baik dibaca setelah doa tasyahud akhir.
“Allohumma inni A’uudzubika minal bahli wal kasali wal haromi wa ardzalil ‘umuri wa ‘adzabi qobri wa fitnati dajjal wa fitnatil hayaati wal mamaati”

artinya: Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau daripada bakhil (kikir) dan pemalas, dan tua dan kembali pikun, dan daripada siksa kubur, dan fitnah Dajjal dan fitnah hidup dan fitnah mati (Hadits Riwayat Bukhari daripada Anas bin Malik).

Semoga bermanfaat.

Abah ditambah beberapa sumber.

1 Komentar

  1. Surat An-Nahl ayat 70 dan Surat Al-Hajj ayat 5.

    “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. An Nahl : 70)

    “Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim, menurut kehendak kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air hujan di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah”. (Q.S. Al-Hajj: 5)


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar

  • TOPIC

  • Komentar yang masuk

    Website pada Gong Xi Fa Coi – untuk s…
    Nur Indah Yusari pada KOLEKSI PANTUN MELAYU KLA…
    Mata Malaikat pada Kisah DZUL QARNAIN dan YA…
    Halla Abin pada Sekilas Info dr.MB (Moga Berma…
    abdul qohar pada Catatan Abah Heri: DO’A…
  • Arsip Bulanan